Thursday, November 03, 2011

The Art of Losing Something


Hmmm ga tahu kenapa tiba-tiba ingin menulis seni dari kehilangan sesuatu.
Tiba2 ingin saja, mungkin saja.

Saya pernah merasakan kehilangan. Bukan kehilangan sesuatu yang saya perlukan atau tidak melalukan sesuatu yang bisa ‘membunuh’ saya, tapi bener-bener kehilangan sesuatu yang saya sayangi.
Percayalah, salah satu pelajaran yang paling SANGAT menempah saya hingga menjadi sekarang ini adalah losing something, not all things I have last forever.

Salah satu yang paling saya takutkan adalah kehilangan anggota keluarga saya. Terakhir, saya kehilangan nenek saya. Saya teringat bahwa bulan ini sudah bulan November, sudah mau akhir tahun, sudah mau Natal dan kumpul keluarga besar.

Saya menyadari bahwa saya tidak akan pernah ketemu lagi dengan nenek saya. Untuk sekarang, saya belum bisa membayangkan bagaimana rasanya ibadah tutup tahun tanpa nenek saya biasanya memberikan petuah. Saya sudah terlampau biasa dengan itu. Saya sudah terlampau sayang dengan nenek saya.

Hhh, I miss your voice so much, Grandma. T_T

Apalagi katamu terakhir kita bertemu, aku harus benar-benar serius belajar, menyelesaikan sekolahku yang kali ini, agar nenek bisa datang ke Jakarta dan melihat aku wisuda. Kamu juga bilang, akan mengusahakan kesehatan juga agar bisa melihat wisuda itu hingga waktunya. Tapi tidak, nenek ga bisa menepati janji kepadaku. Tuhan sudah duluan mengambil janji nenek. Namanya janji adalah janji, bisa tertepati, bisa tidak kan?

Tapi,
Apapun hal saya kehilangan itu,
Saya pernah kehilangan anggota keluarga saya
Saya pernah kehilangan cinta saya yang pertama
Saya pernah kehilangan kesempatan
Membuat saya jadi berpikir ..

Hidup pada waktunya ada akhirnya. Ada awal, ada ujung.
Rasa kehilangan akan berakhir.
Rasa kehilangan akan terlupakan ketika saya meninggal.
Di alam lain sana, saya tidak akan mengingat apa2 lagi yang saya punya di dunia, orang-orang yg sudah saya kenal dan sesuatu yg sudah saya jalani di dunia.
Aku tidak akan mengingat lagi nenek, orangtua saya, sahabat2 saya, orang2 yg pernah menyakiti saya, dan kamu yang membaca ini.
Saya selalu mengingat fakta itu setiap melihat segala sesuatu di dunia.

Bahwa hidup saya hanya persinggahan. Hanya sebentar mengenal seseorang, kemudian saya/dia pergi.
Hanya mencengkram persepsi sesuatu itu di pikiran sebentar, kemudian saya tidak akan mengingatnya lagi.

Bahwa inti hidup adalah justru kehilangan.
Mati.
Tetapi nya,
Sesuatu harus mati, agar tunas baru bisa tumbuh
Seseorang harus kehilangan sesuatu, supaya orang itu bisa “hidup”.
Seseorang harus kehilangan sesuatu , supaya paham menghargai sesuatu itu dari awal sebelum kehilangan.

Saya tahu, saya akan kehilangan segala sesuatu suatu hari nanti & tidak bisa menemukannya lagi.
Karena itu, saya harus bnr2 memperlakukan sesuatu dengan baik, dari awal.

Saya tahu, suatu hari nanti saya tidak akan merasakan lagi rasanya kehilangan.
Karena itu, saya tidak akan berhenti cuma karena kehilangan.
Saya tetap akan meneruskan kuliah, walaupun nenek saya tidak bisa melihat saya wisuda lagi.

The art of losing something.

1 comments:

Unknown said...

sebenarnya kupo bingung mo nulis dari mana. tapi memang kehilangan seseorang yang kita sayangi itu benar-benar meruntuhkan semangat dan harapan kita. di tahun ini aja, kupo kehilangan beberapa orang yang kupo sayangi (atau kupo kenal). pertama, salah satu sahabat kupo di kampus lama. dia meninggal selang dua hari setelah dia menulis status di wallnya dan seminggu sebelum dia ultah. bukan apa-2 awal tahun ini dia baru saja menikah sama temen kupo juga. pacaran udah 7 tahun, but they got a bad ending :(. terus yang kedua, kakak dari papa Kupo terserang TBC. sebulan kemudian, nenek kupo (Ibu dari Papa Kupo), meninggal (cuma waktu itu kupo nggak tahu kenapa, yang jelas sempat jatuh dan gak bisa jalan selama beberapa bulan). penyebab utamanya adalah nenek kupo tidak diberi kabar waktu paman kupo yang kena TBC meninggal. rencananya nenek kupo diberitahu 40 hari sesudah paman meninggal. sayangnya, pada hari H, tidak ada yang memberitahukan berita tersebut karena kerabat yang lain sibuk keluar kota. nah, rupanya "arwah" paman kupo mengunjungi nenek kupo. akhirnya nenek kupo marah, dua hari kemudian meninggal. lalu, pakdhe (kakak dari mama kupo) kupo meninggal 1 bulan sesudah lebaran karena kanker ganas.
dengan beberapa kejadian dalam kurun 1 tahun ini, kupo menyesal belum berbuat banyak (baca: membahagiakan atau membanggakan mereka) bagi mereka yang meninggalkan kupo. rasa kecewa pasti ada tapi nggak membuat kita menyerahkan???

Post a Comment