Saturday, April 30, 2011

Melihat "Hub Beda Agama" Dari Sudut Pandang 'Liberal Conservatist' Keagamaan Saya

Agama saya Kristen Protestan dengan iman berpusat pada Yesus Kristus sebagai Allah dan "Pengacara" saya kelak :D hehehe. Agama saya dimulai dari kecil, sedangkan iman saya dimulai dari kesadaran sendiri atas pengalaman yang mengubah 3 tahun yang lalu. Tapi, menurut pikiran saya tetap bahwa penyembah agama lain bukanlah penyembah yang "salah". Tuhan itu satu dan semuanya ingin menyembah Tuhan yang satu-satunya itu. Walaupun menyebut dan menggunakan pendekatan yang berbeda, tidak dapat dijadikan untuk menjustifikasi seseorang itu "salah" menurut saya. Saya tidak tahu kriteria orang dibilang "salah" itu apa, karena saya bukan Tuhan/Allah ye dan kriteria penilaian itu hanya ada di rahasia Tuhan. Jadi, paling maksimalnya, saya hanya bisa melihat hubungan horisontal keagamaan ini adalah soal "keberuntungan" seorang manusia yang dianugerahi kesempatan untuk mengenal Allah yang Benar dari sekian allah2 lain. "Keberuntungan" disini bukan masalah ketidaksetaraan. Semua manusia pasti setara mempunyai kesempatan mengenalNya dengan benar, yang diberikan oleh Tuhan. Tapi, bedanya soal respon dan sensitivitas kita tentang siapa Pencipta. Seperti yang kita, semenjak jatuh dari dosa, di agama manapun dijelaskan, manusia menjadi tidak sensitif mengenal Allah lagi di dalam hubungan yang sempurna; begitu juga dgn hakekat awal dirinya.

Sebagian besar orang tua menerapkan agama ke anak-anaknya sejak dini. Suatu hal yang penting agar pada akhirnya anak2 terbentuk menjadi seseorang yg mengandalkan Tuhan, tidak menjadi manusia yang keblinger sbg ciptaan, dan tidak "merepotkan" orang lain. Namun, ternyata cara mengajarkan agama itu jauh lebih sulit daripada mengajarkan Matematika. Keagamaan menurut sy berlangsung dengan baik jika ada tiga hal, 1) Anak tersebut percaya kepada Tuhan, 2) Menjalankannya dengan tulus tanpa paksaan, 3) Mampu menerima agama lain tanpa merendahkannya.

Pendidikan agama itu sendiri tidak hanya seputar ilmu teologis agama, namun seyogianya juga harus mendidik satu sama lain untuk saling menghargai. Kalau tidak ada konsep saling menghargai di dalam agama, berarti tidak ada kedamaian dan buat apakah agama klo begitu kan yah? Sisi saling menghargai ini paling sulit diterapkan dikarenakan setiap agama pasti memiliki kepercayaan bahwa agamanya yang paling benar. Itu suatu proses kausalitas dimana hal sulitnya tercapai "saling menghargai" ini sudah konsekuensi otomatis dari doktrin kebenaran masing2 agama. Dapat dimaklumi. Lanjut lagi, ego tentang agama itu kemudian berkembang / menular ke sisi2 kehidupan yang lain, misal dalam hal pertemanan (mencari peer/kelompok untuk tempat bertumbuh), pekerjaan (mencari guru ber-Islami, guru yg sudah lahir baru dsj), dll. Hal ini dikarenakan setiap agama memang diwahyukan untuk mengarahkan manusia bagaimana menjalani hidup.

Tetapi, menurut saya, sebenarnya ada satu hal di hidup yang tidak terpengaruh oleh perbedaan agama dan iman, yaitu hal cinta dan perkawinan. Kalau udah cinta, ya org tersebut ga ngebedain2 orang yang dicintainya itu. Tetapi, orang tua / keluarga sekeliling seringkali suka heboh sendiri dan tidak memperbolehkan anaknya nikah dengan calon pasangan yang berbeda agama dan iman. Mau anaknya udah cinta mati atau udah berpacaran 10 tahun, tetap saja orang tuanya melarang dan mengekang anaknya seakan2 anaknya belum pantas mengambil keputusan dgn dewasa dan tidak memikirkan konsekuensinya. Alasan melarang ini bisa karena agama melarang, kasihan pada keturunan mereka nantinya yang akan bingung memilih agama mana, anaknya ntar bingung dengan konsep keimanan/Ke-TUHAN-an yang benar, hingga alasan negara melarang (penafsiran pasal 2 ayat 1 UU Perkawinan No 1/1974).

Tetapi lucunya, bersamaan dengan larangan itu, keluarga/orang tua memberikan juga klausul lain ke anaknya kalau boleh menikah asal calon pasangan anaknya pindah agama! Jujur, dari dulu saya bingung dengan hal itu! Di satu sisi, mereka mengatasnamakan larangan agar tidak berpaling kepada Tuhan, tetapi di sisi lain mendorong orang lain utk memalingkan mukanya dari kepercayaannya kepada Tuhan.  Jadi, terkesannya seperti  tega "mendorong calon pasangan anak untuk melangkahi Tuhan demi manusia" dan "melepas Tuhan-nya demi ego sendiri".

Melalui entri ini, saya tidak  mendorong pro-pernikahan beda agama dan iman. Saya sendiri tetap meyakini bahwa pernikahan itu hendaknya dengan yang seiman. Karena, pernikahan bukan hanya soal pertalian 2 orang atau 2 keluarga saja, tetapi juga dengan Tuhan. Di  konsep pernikahan Kristen sendiri, tujuannya adalah untuk memuliakan Tuhan juga dari pernikahan. dan saya ingin pernikaha saya nantinya juga bisa dapat memuliakan Tuhan dan memberi contoh yg benar. Saya tetap mencari pasangan sesama Kristen yang seimbang, yang bisa dibawa bekerja sama untuk memuliakan Tuhan di dalam pernikahan dan membawa testimonial yang benar dan baik itu ke luar.

Tetapi, tidak bisa diindahkan, ada kasus2 dimana mmg ada dua insan manusia yang berbeda agama & iman saling jatuh cinta (setelah dipikirkan berulang2, tetap ga bisa dipisahkan). Lantas apakah agama disini akan tetap ditempatkan menjadi hal di atas cinta? Apakah tidak ada kemungkinan, bisa saja kita manusia sudah mendahului keputusan Tuhan disini? Maksudnya, saya berpikir bahwa selain soal cinta, hal hubungan pernikahan juga harus dikaitkan dengan rencana Tuhan. Walaupun memang ada konsep pre-destinasi dan free will, tetap tidak mengubah fakta bahwa saya dan anda tidak mengetahui gambaran besar dari hal hubungan/pernikahan. Misalnya, bisa jadi kisah cinta saya nanti menjadi :
1) The one saya adalah orang yang berbeda iman, tetapi dgn freewill saya, saya mutuskan utk menikah dengan orang seiman yg kurang terlalu saya cintai,
2) The one saya adalah orang yang berbeda iman dan saya menikah dengan dia di dalam suatu kerjasama/pengertian yang dewasa (mksdnya sm2 melihat dewasa bahwa masalah spritual ini sbg suatu hal yg privat yang tidak dapat diintervensi oleh pernikahan sekalipun)
3) Saya beruntung mendapatkan orang yg saya cintai itu di dalam satu iman yang sama :)

Jadi, selain mempertimbangkan soal faktor cinta, menurut saya juga harus mempertimbangkan apa ini rencana Tuhan atau tidak. Hal hubungan berbeda agama ini, menurut saya, apakah tidak mungkin menjadi rencana Tuhan untuk memberi contoh ke manusia2 yang menikah seagama mengenai "Ini loh yg beda agama aja harmonis banget, kenapa kalian ga bisa?"..? Dalam menulis hal barusan, saya udah pikirkan segala opsi untuk mencegah tidak adanya unsur pembenaran diri. Tetapi, pada akhir pertimbangan saya, saya tetap cenderung meyakini bahwa tidak ada yang tidak mungkin di rencana Tuhan. Klo diaplikasikan ke saya sendiri, jika memang pasangan menikah saya nanti berbeda agama dan iman, saya akan mempertimbangkan alasan rencana Tuhan juga, dimana sebelum memutuskan, saya akan melalui proses pemikiran yg lebih dalam dari seharusnya dan mungkin akan "mengancam" Tuhan sperti ini LOL :
Klo mmg ini rencanaMu, biarkan rencanamu terjadi. Klo mmg bukan rencanaMu dan hanya keinginan kami belaka, biarkan dalam jangka waktu ini hingga pernikahan kelak, terjadi rencanaMu untuk memisahkan kami, baik itu besar & signifikan detectable. Kalau Tuhan tidak menunjukkan suatu rencana yg signifikan detectable untuk memisahkan kami, jangan meminta pertanggung-jawaban lagi dari kami nanti ya Tuhan mengenai alasan kenapa kami menikah" ;) hehehe

Saya cuma berpikir utk hal ini, utk semua pihak, tolong pikirkan hal-hal di atas. Utk memperhatikan sisi Tuhan, tidak hanya sisi sendiri. Hal pernikahan ini tidak soal dua orang / keluarga saja, tidak hanya mengenai sisi larang-melarang dan mudah menjatuhkan keputusan berdasarkan ajaran agama plok semata (ngikut aja tanpa dipikirin esesinya apa), tetapi juga mengenai pertanggungjawaban ke Tuhan nantinya (baca: anak menjadi orang yg tidak patuh ke orangtua, anak yg mengecam ortu sendiri dll).

Hal hubungan/pernikahan beda agama jauh lebih besar dari yang kelihatannya.  Jangan cepat mengambil keputusan yang tidak matang, apalagi sampai saling menjustifikasi / saling menyakiti hati satu sama lain. Seyogianya pernikahan itu untuk damai kan, tidak hakekatnya menyebabkan orang tua dan anak sampai gontok2an. Cari pilihan jalan yang benar2 damai, pasti ada.

Teruntuk seorang teman.

Wednesday, April 27, 2011

Take And Keep My Key

I hate doors. I hate keys.

I hate when I should open and close something.

Because I hate any closed things.

L

Sunday, April 24, 2011

Happy Easter Day 2011 (^_^)

"Men cannot forgive man's sins. However, I can forgive man"
~Hanyuu, Higurashi no Naku Koro Ni~

Easter is all about forgiveness.

As God forgive us, let we keep see each other with forgiveness in heart..
For the forgiveness is the beginning of our new Life.

Thursday, April 21, 2011

Anak, Kucing, dan Sampah

Pada dasarnya, saya tidak menyukai kucing. Sama sekali. Setiap ketemu (apalagi jika kucingnya mendekati kaki), saya pasti sll refleks kaget dan langsung mengangkat kaki. Rasanya merinding gimana gitu klo berdekatan secara fisik dgn bulunya = =" (padahal kalau bulu anjing, engga loh :p hehe)

Walaupun begitu tmn2, di lappie saya, saya mempunyai cukup banyak foto anak kucing yang lucu2, seperti ini  :D :


Hehe, lucu ya.
Tp sayangnya saya tetap tidak bisa memegang mereka karena geli dengan bulu2nya :(

Di antara segala jenis kucing, saya paling tidak suka dengan kucing kampung / liar. Paling agresif dari segala jenis kucing, menurut saya = =". Belum lagi, mereka pergi mencari makan dari satu tempat sampah ke tempat sampah lainnya. Saya bnr2 tidak akan mengizinkan mereka mendekati saya dan kuman2 lompat ke badan saya = =" wkwkkwkw ..


Nah terus kan ya, minggu lalu saya pergi ke rumah keponakan saya. Di sekitar daerah tempat keponakan saya itu, cukup banyak kucing kampung ... yg benar2 jorok = =" hiiyyy. Tidur di halaman rumah keponakan, makan di tempat sampah, lompat ke genteng, sering buat suara ribut malam2, dan melakukan perilaku hidup lainnya. Dengan memperhatikannya dari jauh, sudah cukup mengganggu saya karena saya ga habis pikir dgn perilaku mereka =_=".


Kmdn, accidentally sesuatu terjadi. Jadi, keponakan saya itu sebenarnya punya satu anak kucing liar yg dia adopsi dan dia main2 sama kucing itu di halaman belakang kemarin. Dia kasi makan, kemudian dia gendong, pokoknya menyenangkan sekali liatnya. Anak kucing ini seperti bayi buat dia.

Saya lihat keponakan saya memang memeliharanya dgn baik dan setelah beberapa hari observasi, saya melihat kucing tersebut ga mencari2 makanan di tempat sampah lagi, malah menunggu ponakan saya bawa makanan dgn sabar dll. Pokoknya menunjukkan sikap yg polite lah walaupun dia masih liar dgn hidup di luar rumah keponakan saya. Hingga di suatu titik, saya menyadari this cat doesn’t look like a trash anymore.

Nah, kemudian saya berpikir lagi, coba hal ini juga banyak diterapkan di anak2 saat orangtua membesarkan mereka. Menurut saya, anak mencari "sampah" karena orangtuanya "mengajarkan" mereka mencari sampah atau orangtuanya yang tidak menyediakan "makanan" yang cukup untuk perkembangan si anak (baik fisik ataupun rohani). Anak-anak akan mencari "sampah" porno di warnet, mencari "sampah" narkoba, makan makanan yg sembarangan, dll.

Dr pengalaman keponakan saya itu, saya belajar bahwa anak kita juga seperti kucing. Penuhi kebutuhan2 mereka dengan maksimal. Ajarkan mereka cara bertata-krama yang baik dan menjalankan hidup dengan benar. Peluk mereka. Lindungi mereka. Maka, mereka tidak akan berniat mencari "sampah" lagi. :)

Love Will Find Her Way To Me

Rasanya hati ini sudah capai mengarungi lautan pria & ingin melabuhkan diri ke 1 pantai hati saja.

Sudah terlalu lama berlayar.

Tapi di satu sisi, masih ada ketakutan untuk mendekati pantai.

Adakah orang yg benar-benar setia menunggu di sana?


Biarkan Aku Mengatakan Kepadamu Sekali Ini Saja


"Lebih baik miskin tapi sombong (saking sombongnya, ogah minta2) daripada kaya tapi rendah hati (saking rendah hatinya, meminta2 ke orang lain)!"
(Linda, 20th April 2011)

Monday, April 18, 2011

...

1 Corinthians 13:11:
When I was a child, I talked like a child, I thought like a child, I reasoned like a child.
When I become a man, I should put childish ways behind me.

Wednesday, April 13, 2011

Hasil Observasi #1

Akhir-akhir ini saya banyak melakukan aktivitas memperhatikan Twitter2 orang (baik yg saya follow atau tidak) dari segi isi twit ataupun daftar pertemanannya. Kemudian sbg hasilnya, sesuatu terpikirkan oleh saya dan di entri ini, saya coba menjelaskan ide itu dgn mengambil dua contoh Twitter-user (tweeps) sbg perwakilan dari dua golongan "seleb Twitter" Indonesia yg saya perhatikan itu.

Ok, lets get this entry started (^_^ **)

Sebutlah namanya A. Dia seorang aktivis cyber-world . Tidak terkenal di dunia riil karena pekerjaannya memanglah pekerjaan normal, tapi beliau cukup memegang percaturan dunia jejaring cyber, dimana dimulai dari blog. Saya lihat dirinya memang suka ingin mengetahui segala sesuatu  dan menurut saya, kecerdasannya memang sebanding dengan ketenarannya. Saya juga termasuk yg rajin melihat blog beliau.

Kemudian, sebutlah namanya B. Dia adalah seorang tokoh terkenal, yg memegang kedudukan penting di dunia nyata dan punya blog yg berpengaruh di dunia cyber. Saya lihat dirinya memang suka ingin mengetahui segala sesuatu dan ingin belajar. Cerdas pula. Tetapi, yg saya perhatikan di Twitternya, teman2nya yg dia follow tidak banyak orang2 terkenal, malah saya pikir hanya teman2 terdekatnya saja. Dan dari yg saya perhatikan juga tweet2nya ke teman2nya itu, tweet2nya sangat jarang yg berkaitan dgn masalah ‘sehari2’ dan lebih banyak menguras  logika.

Kemudian dua hal lainnya yang saya lihat cukup berbeda di antara mereka:
Untuk A, dari yg saya lihat, tweets2nya adalah tweets cerdas, tetapi ntahlah kenapa, mungkin karena byk mengetahui hal2 dari pengalamannya sebagai blogger, membuat beliau hanya bergaul dengan segelintir blogger/ tweeps2 cerdas lainnya dan akhir2 ini, isi pembahasannya seperti terlalu ekseklusif dgn bahasa tingkat tinggi. Bukan rahasia antar segelintir bloggers / tweeps lagi yg menyatakan si A adalah orang cerdas yg 'sombong'.

Untuk B, dari yang saya lihat, tweets2nya juga adalah tweets cerdas, tapi beliau juga mengakomodir / berdialog dengan tweets ‘normal’, yg bisa dilihat dari jawabannya yg tidak melulu ditujukan untuk teman2nya sesama orang cerdas.

Oia sebelum saya lupa,  A lebih aktif ngetweet dan melakukan aktivitas online lainnya dibanding B.

Nah, utk mempersingkat waktu, segera masuk ke inti yg membuat saya berpikir  :
Saya disini tidak mempersoalkan bagaimana orang dgn kecerdasannya melakukan interaksi bersama orang lain, karena tiap orang punya market pertemanan, gaya, dan kepribadian yg berbeda2. Mau dia hanya bergaul sm orang2 cerdas aja, ngapain sewot / larang2 juga kan :D. 

Hal yg lebih penting dan menarik pikiran saya dapat disimpulkan sbb:
- Bahwa tidak sll terbukti adagium “tong kosong itu selalu nyaring bunyinya” di zaman informasi ini. Orang yg byk bicara juga punya sisi cerdas sama seperti orang yg lebih banyak diamnya, saya rasa.

- Bahwa tidak terbukti adagium “semakin berisi, padi semakin merunduk” adalah sll seperti itu. Skr ini, orang cerdas tidak selalu identik dengan orang yg “rendah hati”. Ntah  pribahasa tsbt yg mereduksi fakta  atau realitas yg berkembang menjadi fakta yg baru, tapi yg pasti, zaman skr tipe orang cerdas juga mempunyai karakteristik “sombong”, selain “merunduk”. Tidak adil, menurut saya, kalau kita bilang hanya tong kosong yg boleh sombong dan juga meniadakan/tidak mengakui sisi kecerdasan yg benar2 cerdas dari seorang manusia yg punya sisi sombong. 

Yg saya dengar dari tetua saya, nilailah dan akuilah kelebihan dan kekurangan orang dengan adil, berdasarkan segala sesuatu dan seberapa jauh kapasitas  yg dipunyai dirinya.


PS. Hasil observasi ini belum selesai (^_^ ). Dr hasil observasi ini, saya juga masih tertarik utk mengetahui apa hal sombong-rendah hati-cerdas ini mempunyai hubungan dengan keterbukaan di era informasi yg semakin merata ya? ^^a

Bahwa orang2 dari golongan manapun, semakin mudah mendapatkan informasi dan semakin cerdas dengan informasi tersebut, yang dpt membuktikan hal kecerdasan tidak ada hubungannya/dipengaruhi hal "kesombongan" yg katanya dpt mengurangi kecerdasan (^_^ )

(kecerdasan yg  dimaksud disini bukan "kebijaksanaan" / "pengetahuan" seperti  di Amsal 1:7, tapi sebatas kemampuan "intelektualitas" biasa saja ^^)

Saturday, April 09, 2011

Schemes.

 "I am not baby girl anymore. I will be a mother someday."
(Linda, March 2011)

"Justice is incomplete without mercy."
(Linda, April 4th 2011)


Let me grow up to be strong and soft.

Serenity Prayer

God, grant me,
The serenity to accept the things I cannot change,

The courage to change the things I can,

And the wisdom to know the difference.

Friday, April 08, 2011

Dont Dream It's Over

Introduce me, I am Yulinda L Gaol, a girl who still cannot control her money now ^^.  Get interested easily in interesting things especially new books (ANY genres! XD), adventures, and new food/new restaurant (is it same? LOL). Maybe I am unlucky person to have such much drives to try anything .. or maybe I'm greedy one :pp lol

So, back to hobbies, I cannot resist books (public library is one of my heavens), cannot resist new adventures, and food (one my culiner interest is fried rice. More likely tobe obsession lol. I think Indonesian fried rices whether in the corner of street or fine restaurant, taste DIFFERENTLY one to another. That's the reason I don’t mind if I eat fried rice in the rest of my life muahahaha, but with one condition, I must taste different fried rice from different Chef lol. And still speaking about hobbies, I also want to confess that I often kinda have an envy to anybody who possibly make their hobbies easily. Lets say, his/her income is about 50 millions rupiah.  Hmm you surely can imagine how easy you can do hobbies with the money..

**

But besides I envy, I have weird thought toward my envy too. I mean, I also cannot understand why my friend, who has high income and have same hobbies like me, still doesnt get satisfied with her hobby achievements. She still wants  more, more, until one point I think it was already too-much. She has about >50  cocktail gowns, but she still got envy to my friend’s friend who only has two gowns. I really dont get the logic.

**

So, that’s something who has been bugging me these days .. toward my hobbies.

Maybe someday I will probably do same thing like what my friends do now.
My hobbies' prices might be getting higher & "getting me" when I get higher income.

I dont like it.

Couple Joke

Istri : "Mas, tadi pas aku buka BH, ada pria ganteng liatin aku terus."

Suami : "Terus apa yg kamu lakukan ?"

Istri : "Aku malu banget mas, aku tutupin aja mukaku pake BH."

:)) :))

Saturday, April 02, 2011

In The Eyes of Woman

In the world, there are many woman, there are many perceptions in our eyes.

In the eyes of a woman, there are also so many desires and things.

Many prices. Many sacrifices.
Many temptations. Many failures.
Many confusions. Many doubts.

I dont know what my eyes are searching for.

So  in this entry, I did some research about what is woman from Bible.


* Proverbs 31 :
Vs. 10 Who can find a virtuous woman? For her price is far above rubies.

Vs. 11 Her husband has full confidence in her and lacks nothing of value.

Vs. 12 She brings him good, not harm, all the days of her life.

Vs. 13 She selects wool and flax and works with eager hands.
(She is willing to do hardwork for her family).

Vs. 14 She is like the merchant ships, bringing her food from afar.
(She has a deep concern about her family's health).

Vs. 15 She gets up while it is still dark; she provides food for her family and portions for her servant girls.

Vs. 16 She considers a field and buys it; out of her earnings she plants a vineyard. 
(She has amazing responsibility and futuristic vision for her family).

Vs. 17 She sets about her work vigorously; her arms are strong for her tasks.

Vs. 18 She sees that her trading is profitable, and her lamp does not go out at night.

Vs. 19 In her hand she holds the distaff and grasps the spindle with her fingers.

Vs. 20 She opens her arms to the poor and extends her hands to the needy. 
(Reminded of story about America's Great Depression in early 20th century, when million people were hungry, jobless, and sometimes homeless. Virtuous women in that era were wellknown for the quote: "I will never turn a hungry person away from my door!")

Vs. 21 When it snows, she has no fear for her household; for all of them are clothed in scarlet.

Vs. 22 She makes coverings for her bed; she is clothed in fine linen and purple. 
Virtuous woman know how to takecare of her gift in beauty.


Vs. 23 Her husband is respected at the city gate, where he takes his seat among the elders of the land.

Vs. 24 She makes linen garments and sells them, and supplies the merchants with sashes.

Vs. 25 She is clothed with strength and dignity; she can laugh at the days to come.

Vs. 26 She speaks with wisdom, and faithful instruction is on her tongue.
(She concerns about character issues, domestic responsibilities, social graces, etc planted in her family).

Vs. 27 She watches over the affairs of her household and does not eat the bread of idleness.

Vs. 28 Her children arise and call her blessed; her husband also, and he praises her.

Vs. 29 Many women do noble things, but you surpass them all.

Vs. 30 Charm is deceptive, and beauty is fleeting; but a woman who fears the LORD is to be praised.

Vs. 31 Give her the reward she has earned, and let her works bring her praise at the city gate. 
(In the end, the virtuous woman will not only be blessed by her husband and children, but also will get the reward of "Welldone").

* Proverbs 12:4 A virtuous woman is a crown to her husband.

--------------------------
In Bible, 'The Woman' is not decribed as "free-eyed" woman as defined by modern feminists.
She is God-fearing, woman that belongs to her husband and family. Keep it simple.

xxx 

The Potraits of Some Women' Eyes





"We woman get a bit of the good life, a piece of the cake.
And enough of the hard times to keep us awake.
It takes the eyes of a woman, the heart of a child.
The soul of a gypsy, to cherish the wild."

Because The Eyes of Woman is The Eyes of World.