Monday, July 11, 2011

[Life Reflection] Happy Twenty Two! (Part II: Parents)

[... cont'd]

2.    Orangtua
Orangtua .. orangtua saya dan saya sangat berbeda sekali. Banyak hal, mulai dari cara melihat agama, teman, tetangga, dan yang paling utama berbeda adalah KEBEBASAN. Ayah & ibu saya OVER-PROTECTIVE terhadap anak2nya, sedangkan saya tipe manusia yang sangat membutuhkan kebebasan dan kepercayaan. Saya tidak habis pikir kenapa orangtua sering melarang utk mengetahui lebih banyak lagi hal di luar sana. Saya ingat dari saya kecil, alasan saya sering marah2an terhadap ortu adalah karena ini.

Tapi satu tahun ini belakangan ini, saya berpikir tentang suatu hal mengenai orangtua saya. Mungkin memang cukup banyak hal yg SANGAT berbeda di antara saya dan orangtua saya, mungkin banyak hal yang akan selalu membuat saya dan orangtua saling sleg2an, tapi setelah saya mengintropeksi ke belakang lagi, saya berterima kasih, sangat berterimakasih ke orangtua saya atas 3 hal. 3 hal penting  yang sudah diajarkan orangtua saya, dimana benar2 menjadi bekal sangat penting di hidup  saya sekarang. Hal-hal ini berperan besar dalam membantu saya menata hidup kembali sekarang.

Satu, mengenai hal mendengar orang lain. Dulu saya ingat, sejak kecil, saya memang suka menanyakan & berdiskusi tentang segala sesuatunya. Belum selesai orang menjawab, saya sudah bertanya lagi. Ayah saya paling tahu itu, karena dia orang yang paling sering saya tanya. Saya ingat, suatu hari, saya lupa kapan persisnya, yang pasti saya masih SMA, saya sedang berdiskusi dgn ayah dan kemudian saya ditegor KERAS oleh ayah saya karena saya selalu tidak sabar untuk mendengar jawaban atau penjelasan orang lain secara komplit dulu. Selalu memotong giliran orang lain menjawab dengan pertanyaan/pendapat. Kalau kamu mengajukan pertanyaan, kamu harus sabar mendengar jawaban juga, kata ayah. Saya merasa disitu mendapat sesuatu yang sangat keras. Saya seperti terlempar ke masa lalu mengingat2 cara saya berbicara sebelumnya, dan mmg iya. Sejak itu, perkataan ayah saya itu selalu jadi pengingat & membentuk cara saya berkomunikasi sekarang, seperti teman2 bisa lihat. Saya sangat bersyukur bisa mendapat pelajaran itu dari ayah, karena semakin kemari saya semakin menyadari mendengar orang itu sangat penting. Itu sesuatu yang harus disadari & dipunyai setiap orang.

Hal kedua, mengenai hal tidak boleh cepat menyerah. Ayah saya lagi2 orang yang paling mengenal saya di rumah. Ayah saya tahu banget saya ini mempunyai “bakat” cepat menyerah dari kecil. Saya ingat banget, waktu SD saya sering minta ngerjain peernya cuma sama bokap. Minta digambarin, minta dikerjain tugas matematika perkalian yang ga bisa saya selesaikan lah dll. Hingga sampai awal kuliah di Psiko, saya masih jadi orang yang cepat menyerah. Tapi, masalah2 yang menimpa saya di Indonesia menjadi titik balik saya dalam hal ini. Sewaktu menghadapi masalah2 itu, ayah saya selalu menasehati dan menyemangati saya, “Hidup ga boleh cepat menyerah, nak. Klo menyerah sekarang, lantas apa yg akan kamu  dapat di masa depan? Apa yg kamu lakukan di masa depan?”. Saya memahami nasehat itu dengan proses yg sangat sulit sekali, hingga suatu titik saya benar2 menyadari mau ga mau, hidup memang harus dijalani & ga boleh menyerah hanya karena kesulitan di satu bidang hidup saja. Dari titik balik itu, saya mulai tetapkan dalam hati hingga sekarnag, mau segimanapun masalah saya yang datang, saya tidak boleh cengeng, menghindar, dan menyerah. Harus berani keep head up & menghadapi menyelesaikan masalah itu.

Hal ketiga, adalah hal tentang kesabaran. Kali ini ibu saya yang berperan dalam hal ini. Jujur saja, saya sudah cukup banyak mengecewakan orangtua saya dengan melewatkan banyak kesempatan demi ego saya. Demi ego saya itu, saya juga harus menghadapi masalah2 sebagai konsekuensi atas itu. Saya cukup lama melewatkan masa2 sulit, tapi selain dukungan tetap maju dari bokap, nyokap juga punya peranan yang sangat besar dalam hal saya menata hidup sekarang. Ibu memang bukan pemberi saran yang baik (karena pada dasarnya cerewet :)), tapi dalam menghadapi saya beserta masa2 sulit dulu, saya bisa merasakan kesabarannya. Selama masa2 sulit saya itu, nyokap ga pernah marah2 ke saya, walaupun saya tahu dia juga tertekan. Jika saya melihat gambar lebih besar tentang ibu saya, saya bersyukur mempunyai dia. Saya bersyukur mempunyai role-model bagaimana seharusnya seorang wanita. Dia mengajarkan bahwa kriteria satu2nya yang paling menggambarkan wanita adalah SABAR. Wanita itu harus sabar. Terhadap segala sesuatu. Agar dapat menjadi pilar penahan juga, apabila kepala keluarga tidak bisa menjadi pilar penahan keluarga.Saya ingin menjadi wanita yang sabar seperti ibu saya.

Belum ada hal yang bisa dibanggakan & bisa diberikan dari saya ke ayah & ibu saya sekarang. Saya masih payah, masih harus byk ditempah. Tapi, saya bersyukur, saya masih memiliki ayah & ibu yg masih bisa menemani, saya bersyukur mempunyai ayah & ibu adalah mereka. Benar bukan kebetulan atau main dadu, Tuhan memilihkan siapa orang tua kita. Saya cuma bisa bilang, dari hati saya yg terdalam sebagai anak, mereka benar2 sudah menjadi orangtua yang sukses menjalankan perannya dengan baik. Mereka berhasil mengajarkan anaknya menjadi pribadi yang lebih baik, menyadarkan anaknya harus benar2 bertanggungjawab terhadap hidupnya, dan semakin menjadi pribadi yang dewasa. Tuhan HARUS melihat itu.

0 comments:

Post a Comment